Pahami Wawasan Nusantara dan Lestarikan Kearifan Lokal untuk Jadikan Indonesia Negara Adiluhur: Kuliah Umum Pembinaan Kesadaran Bela Negara Minggu ke-7 Bersama Prof. Dr. Bondan Tiara Sofyan, M.Si.

Sabtu (6/11/21), pukul 09.00 WIB Kampus Itenas Kembali melaksanakan Kuliah Umum Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) pertemuan ke-7 melalui media Zoom Meeting. Narasumber pertemuan kali ini adalah Prof. Dr. Bondan Tiara Sofyan, M.Si., Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Sosial Budaya LEMHANNAS RI. dengan Tema “Wawasan Nusantara dan Kearifan Lokal”. Wawasan Nusantara ini terkait dengan Archipelagic Outlook atau bagaimana kita melihat negara kita sebagai negara kepulauan.

Kuliah Umum PKBN minggu ke-7 ini dimoderatori oleh Inko Sakti Dewanto, S.T., M.Ds. yang merupakan dosen tetap Prodi DKV Itenas. Selanjutnya moderator mempersilahkan Prof. Bondan untuk menyampaikan materinya.

Pada awal acara, Prof. Bondan memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang mempraktikkan sikap bela negara, yaitu menghormati lagu Indonesia Raya dengan cara berdiri dan memberikan sikap hormat pada saat lagu Indonesia Raya diputar di awal sesi kuliah umum.

Selama kuliah umum berlangsung, Prof. Bondan membangun interaksi bersama para mahasiswa dengan mengulang bertanya kembali materi yang pernah diberikan sebelumnya, yaitu tentang nilai-nilai bela negara dan apa yang sudah dilakukan untuk mewujudkan nilai-nilai bela negara tersebut. Mahasiswa peserta kuliah umum menjawab dengan antusias apa-apa saja yang telah mereka lakukan selama ini sebagai upaya bela negara Indonesia. Diantaranya ada yang menjawab dengan telah belajar sungguh-sungguh, menghormati suku dan ras, menjaga alam Indonesia, membeli produk dalam negeri, mematuhi peraturan lalu lintas, berprestasi, dan lain-lain.

Selain memberi quiz kecil yang  mengingatkan kembali tentang materi Wawasan Kebangsaan yang juga diisi oleh Prof. Bondan pada 2 Oktober 2021 lalu, Prof. Bondan juga mengadakan survei singkat kepada para mahasiswa dengan bertanya seberapa jauh mahasiswa Itenas sudah menjelajahi Indonesia. Quiz ini dilakukan melalui website mentimeter yang dapat langsung mengumpulkan jawaban-jawaban mahasiswa yang bervariasi.

Dikutip dari materi Prof. Bondan, pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia, yang dijiwai nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 serta memperhatikan sejarah dan budaya tentang diri dan lingkungan keberadaannya yang sarwanusantara (semua tentang nusantara) dalam memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi, dengan menciptakan tanggung jawab, motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah pada penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Prof. Bondan menyampaikan bahwa dari sekian banyak negara yang berbatasan langsung melalui laut dengan Indonesia, tentunya ada beberapa kerawanan yang dihadapi, diantaranya IUU Fishing, Transnational Organized Crime, Illegal Migrant yang bertujuan ke Australia, Perompakan di laut Sulu, Pembajakan di Laut Cina Selatan, Human Trafficking, Drug Trafficking, dan juga sengketa batas wilayah.

Masih diramaikan dengan quiz Menti, Prof. Bondan bertanya apakan mahasiswa mengetahui tiga jenis tanaman laut yang ada di Indonesia yang memiliki keragaman tertinggi di dunia, yaitu rumput laut, coral, dan mangrove. Selain itu, Prof. Bondan juga menguji wawasan mahasiswa dengan menanyakan siapa pencipta lagu Halo-halo Bandung. Kebanyakan mahasiswa menjawab ‘Ismail Marzuki’. Meskipun umum diketahui demikian, Prof. Bondan memberikan sudut pandang asumsi lain yaitu pandangan bahwa lagu tersebut merupakan ciptaan para pejuang pada tahun 1946 di Bandung Selatan, sehingga merupakan spontanitas para pejuang pada waktu itu.

Setelah materi Wawasan Nusantara, pembahasan selanjutnya adalah tentang kearifan lokal. Prof. Bondan memaparkan bahwa kearifan lokal di Indonesia terkait 3 hubungan, yaitu antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Contohnya adalah bukti-bukti kearifan lokal seperti peringatan Larungan 1 Suro yang terkait dengan hubungan manusia dengan laut (alam), Leuweung Larangan sebagai konsep hutan lindung di Baduy yang merupakan bukti hubungan manusia terhadap hutan (alam), dan juga budaya Tepo Seliro di Jawa, serta Makan Bajamba di Minang yang bertujuan untuk kekeluargaan (hubungan antara manusia dengan manusia).

Sebagai penutup, Prof. Bondan merangkum materi tersebut dalam 3 poin penting, yaitu pertama; Indonesia adalah negara kepulauan serta terletak di posisi silang, lintas dan di khatulistiwa. Kedua adalah bahwa kesadaran ruang (space consciousness) dan kesadaran geografis (geographical awareness) harus dibangun untuk membangun Wawasan Nusantara dan mencapai Tujuan Nasional. Ketiga, adalah ajakan untuk melestarikan kearifan lokal untuk menjadikan Indonesia Negara adiluhur. Prof. Bondan juga sempat memberi ungkapan salut kepada mahasiswa Itenas karena selalu diwajibkan oleh kampus Itenas untuk mengikuti kegiatan PKBN ini.

Usai sesi materi, umumnya kuliah umum akan langsung dilanjutkan kepada sesi pertanyaan. Namun untuk kali ini, Prof. Bondan bersama Moderator memberikan quiz yang terdiri dari 5 pertanyaan untuk memastikan mahasiswa memahami materi yang baru saja diberikan. Setelah quiz terakhir selesai diberikan, barulah sesi diskusi dilakukan yang terbagi dalam tiga sesi. Antusiasme mahasiswa yang sangat tinggi menyimpan banyak pertanyaan yang masih tersisa di mentimeter, namun ketiga sesi diskusi tersebut juga telah cukup banyak membahas pertanyaan-pertanyaan menarik dari mahasiswa. [Della/BKHP]