Peringati Hari Ibu ke-93, Itenas Bandung bekerjasama dengan Pergubi Jawa Barat Menggelar Seminar Hybrid Perjuangan Perempuan di Era Tatanan Kehidupan Baru dan Pameran UMKM Nasabah Mekaar PNM

Itenas Bandung bersama dengan Pergubi Jawa Barat menggelar Seminar Hybrid dan Pameran UMKM Nasabah Mekaar PT. PNM (Permodalan Nasional Madani) dalam rangka peringatan Hari Ibu ke-93 pada Jumat (17/12/21) di Gedung Serba Guna Bale Dayang Sumbi Itenas. Acara ini juga merupakan salah satu kegiatan rangkaian Dies Natalis ke-50 Itenas Bandung. Selain mengundang pimpinan perguruan tinggi, anggota Pergubi, instansi pemerintah dan swasta secara luring di GSG Itenas, seminar hybrid juga diikuti secara daring oleh masyarakat umum.

Kegiatan seminar hybrid dengan tema Perjuangan Perempuan di Era Tatanan Kehidupan Baru ini menghadirkan pembicara keynote Bintang Puspayoga – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Atalia Praratya – Ketua TP PKK Jawa Barat, dan Ir. Ita Yuliati – Founder dan Komisaris Utama PT. Alita Praya Mitra, Alita Group, yang juga merupakan alumni Itenas Bandung. Bertindak sebagai moderator yaitu Prof. Dr. Hj.  Een Herdiani, S.Sen., M.Hum, Rektor Institut Seni Dan Budaya (ISBI) Bandung.

Pada awal acara, Rektor Itenas, Prof. Meilinda Nurbanasari dalam sambutannya menyampaikan peran pempuan masa kini bukan sebatas sebagai ibu, atau istri pelayan suami. “Banyak perempuan menjalankan peran ganda, mengaktualisasi diri namun tetap menjalankan peran sebagai ibu. Esensi peringatan Hari Ibu di Itenas ini adalah untuk memberikan kesadaran bagi perempuan khususnya ibu, bahwa sosok ibu memiliki peran penting dan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai ibu, orang tua, pekerja dan tentunya istri” tutur Meilinda.

Secara daring, Ibu Bintang Puspayoga memaparkan materi “Peran Perempuan dalam Pendidikan Menuju generasi Emas 2025”. Menteri PP&PA menegaskan kembali bahwa Hari Ibu yang kita peringati setiap tanggal 22 Desember bukanlah peringatan Mother’s Day, melainkan hari untuk memperingati Kongres Perempuan Indonesia Pertama di Yogyakarta pada 22 Desember 1928.

Ibu Bintang menambahkan bahwa perempuan merupakan Ibu Bangsa, yang turut melahirkan, merawat, dan mendidik bangsa melalui generasi yang dilahirkannya maupun peran aktifnya dalam pergerakan nasional dan pembangunan. Maka perempuan harus terdidik, berdaya dan setara kedudukannya. Perempuan perlu memperluas cakrawalanya, berkarya dalam berbagai bidang untuk memberikan banyak manfaat bagi keluarga juga masyarakat luas.

Pada kesempatan ini, Ibu Bintang Puspayoga mengajak untuk menyatukan kekuatan mulai dari pemerintah pusat hingga desa, akademisi dan professional, dunia usaha, media maupun masyarakat luas untuk menciptakan kesetaraan gender demi terciptanya Generasi Emas 2024.

Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat, Atalia Praratya, turut menjadi narasumber pada seminar hybrid ini dengan membawakan paparan yang berjudul “Perempuan bekerja: Stunting dan Dampaknya pada Pendidikan.” Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, 29% balita yang mengalami stunting berasal dari keluarga sejahtera dan 33% dari perkotaan, yang berarti bahwa stunting tidak berkaitan dengan masalah kemiskinan, akan tetapi berkaitan dengan perilaku. Untuk itu diperlukan edukasi terhadap perempuan-perempuan bekerja yang tidak punya banyak waktu untuk mendapatkan ataupun mencari informasi mengenai kesehatan bagi dirinya sendiri dan bayinya. Pola asuh, pola makan, dan sanitasi yang baik dapat mencegah stunting, tukas  Atalia.

Ir. Ita Yuliati sebagai narasumber ke-3, menyampaikan materi yang berjudul “Women in The Digital World: Challenges and Welcoming the Opportunities”. Pada paparannya, Ita mengungkap tentang berbagai tantangan yang dihadapi oleh perempuan di masa kini, yaitu dalam bidang ICT (information and communcations technologies), dan juga transformasi digital. Paparan ini turut menginspirasi para hadirin dengan membagikan kisah-kisah bagaimana PT Alita dapat go beyond dan menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Turut hadir pula di GSG Itenas, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dra. Lenny Nurhayanti Rosalin, M.Sc. Dalam diskusi dan tanya jawab, Lenny memperlihatkan hasil pengolahan data indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yang menyatakan bahwa IPM perempuan masih lebih kecil dibandingkan IPM Laki-laki. Rendahnya IPM perempuan akan berkontribusi pada rendahnya IPM Nasional. “Perguruan tinggi merupakan entry point untuk dapat melakukan perubahan atas adanya kesenjangan IPM perempuan dan laki-laki”, tukas Lenny. Oleh karena itu, Lenny berharap perguruan tinggi seperti Itenas dapat berperan dalam menciptakan dan mendorong perempuan-perempuan yang dapat berkontribusi dalam bidang STEM (Science Technology Engineering and Mathematics).  [BKHP Itenas]

Foto : Link Kegiatan