“Program Jabar Tangguh Bencana (BARATA)”- Geodatabase Kebencanaan: Kendala dan Tantangan Dimasa Depan

Dalam rangka meningkatkan kualitas masyarakat yang tangguh bencana dan waspada terhadap bencana, Itenas mengadakan diskusi dan bincang santai dalam rangka launching “Program Jabar Tangguh Bencana (BARATA)”  serta mendiskusikan geodatabase kebencanaan dalam menghadapi tantangan dimasa mendatang. Acara tersebut berlangsung di ruang rapat Teknik Geodesi Itenas pada Rabu, 11 Maret 2020. Dalam acara tersebut turut mengundang beberapa narasumber yaitu Dr. Abdul Muhari, S.Si, MT sebagai Kasubdit Pemetaan dan Analisis Risiko Deputian Sistem dan Strategis BNPB, Dr. Soni Darmawan, ST., M.T sebagai Ketua Program Studi Teknik Geodesi Itenas, Dr Heri Andreas, ST. M.T sebagai dosen Teknik Geodesi ITB dan penasehat Bandung Mitigasi Hub (BMH) serta mengundang Muh. Reperiza Furqon, ST., M.T sebagai tim penyusun dokumen Jabar Tangguh Bencana (BARATA) dan divisi Litbang Bandung Mitigasi Hub (BMH). Peserta yang mengikuti kegiatan tersebut berjumlah 24 orang serta dihadiri oleh Dr. Dewi Kania Sari, Ir., M.T. dari Teknik Geodesi Itenas.

Pada  diskusi tersebut pokok pembicaraan yang dibahas yaitu menyusun suatu geodatabase yang dapat berlaku secara generik, yaitu dengan mengkaji serta merumuskan geodatabase secara lingkup Kabupaten, Provinsi dan berhenti di Provinsi. Selain itu untuk lebih mengarah ke one map policy perlu ikut terlibat dalam menyusun Grandesign peta tematik dan skala besar. Dalam waktu tiga bulan kedepan, dapat disusun peta tematik dan selanjutnya terlibat dalam integrasi data, sehingga semua kebijakan berujung ke geodatabase yang nanti dapat dilarikan kemanapun entitasnya itu. Pendekatan teknis yang bersifat normatif sudah mulai mencoba menelaah segala peraturan dari nasional hingga kabupaten yang ada. Sudah ada 301 jenis data yang dikumpulkan dan dinormalisasikan, namun hanya 97 data yang diperlukan. Serta hendak dicapai untuk merumuskan geodatabase kebencanaan tingkat Kabupaten, Provinsi dan selanjutnya Tingkat Nasional.

Deputi baru dalam sistem dan strategi yakni menjadi perumusan dasar, kebijakan dan analisis. Terkait geodatabase, hal ini sangat berhubungan erat dengan pekerjaan yang dikerjakan oleh BNPB, yaitu berupa aplikasi Inarisk,  hubungan dari keseluruhan informasi yang BNPB miliki. Pengguna Inarisk di kab/kota menjadi dasar untuk keluaran indeks risiko bencana daerah yang menjadi masukan untuk daerah rawan bencana. Rencana Inarisk pada 2024 akan menjadi wadah seluruh informasi di handphone. Aplikasi ini dapat memberikan informasi peringatan dini akan antisipasi bencana yang ada di daerah yang akan terjadi bencana. Dengan adanya diseminasi analisis data, nantinya akan keluar informasi yang terdapat di dalam aplikasi tersebut untuk memberikan informasi tentang penyelamatan diri dan adanya aksesibilitas untuk jalur evakuasi. Sehingga tidak ada lagi miskomunikasi antara badan penanggulangan bencana dengan masyarakat.

Dengan adanya pertemuan dan diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana yaitu dengan meningkatkan kualitas masyarakat tangguh bencana. Sehingga daerah rawan bencana dapat mengantisipasi adanya korban. Dan oleh karena  itu dengan adanya aplikasi ini dapat meningkatkan kualitas pencegahan kebencanaan dengan adanya edukasi – edukasi kepada masyarakat serta dapat menginformasikan kondisi – kondisi untuk kawasan atau daerah yang sedang terjadi bencana. (Artikel : Firdan & Bintang, Itenas)