OBITUARI untuk Emma Akmalah, S.T., M.T., Ph.D

Institut Teknologi Nasional Bandung Berduka Cita atas meninggalnya Emma Akmalah, S.T., Ph.D, seorang dosen yang tak henti berprestasi, berdedikasi tinggi, dan menjadi teladan di Jurusan, Fakultas, Institut, maupun untuk masyarakat luas lewat penelitian, pengabdian kepada masyarakat, maupun jejak langkahnya yang meninggalkan kebaikan selama hidupnya. 

Almarhumah Emma Akmalah merupakan Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil. Semasa hidupnya beliau sempat mengambil studi S3 di Colorado State University (CSU), menjabat sebagai Sekretaris Jurusan (2000-2002), dan sempat juga menjabat sebagai Wakil Dekan FTSP. Beliau merupakan putri dari Prof. Dr. Ir. Ridwan Suhud yang merupakan ahli Struktur Mekanika Teknik. 

Berikut adalah Obituari dari dua sahabat Almarhumah, sekaligus mewakili keluarga Jurusan Teknik Sipil dan FTSP;

 

Dr. Yati Muliati, Ir., MT (Sahabat, Dosen Jurusan Teknik Sipil, dan Kepala Satuan Pengawasan Internal (SPI) Itenas)

Mengenang bu Emma Akmalah, Ph.D, saya teringat saat periode tahun 1999-2003 dimana saya menjadi Ketua Jurusan Teknik Sipil Itenas, dan bu Emma sempat menjadi Sekretaris Jurusan (2000-2002) sebelum persiapan berangkat studi lanjut ke USA. Masa-masa disaat kami bekerja sama menyusun proposal hibah TPSDP adalah unforgettable moment. Tertawa bersama saat membaca tulisan uraian yang kurang nyambung, lalu berpikir bersama untuk membuat perbaikannya, sama-sama berusaha menyusun proposal dengan cermat dan teliti.

Bu Emma adalah sosok pendidik dan pekerja yang cerdas, kritis, penyabar, dan sangat bertanggung jawab dalam bekerja. Meskipun penyakit maag nya saat itu membuat Bu Emma tidak bisa ke kantor, namun semua tugasnya diselesaikan dari rumah. Kemampuan Bahasa Inggrisnya yang sangat baik, serta kepekaan terhadap materi uraian pada proposal melengkapi kebutuhan jurusan dalam penyusunan proposal.

Selama Bu Emma studi S3 di Colorado State University (CSU), kami tak putus berkomunikasi melalui email. Yang sangat berkesan adalah saat saya menjabat sebagai Wakil Dekan Bid. Keuangan dan Umum FTSP.. bercerita bahwa saya melakukan teguran terhadap salah seorang staf di FTSP, sambil merasa tidak enak hati, tapi harus melakukan teguran yang berkaitan dengan pembinaan staf. Bu Emma menghibur saya dengan menyampaikan kalimatnya pada saya… “Ceuceu.. ceuceu mesti kuat… ceritanya staf itu lagi sakit..jadi oleh ceuceu dikasih obat.. pahit memang rasanya.. tapi itu demi kesembuhannya. Insya Allah setelah beberapa lama dia akan sadar bahwa ini demi kebaikannya, dan akan berterima-kasih ke ceuceu.” Ya Allah… saat itu saya sangat bersyukur.. Allah kirim sahabat untuk saya, meski keberadaannya jauh, namun ucapannya sangat mengena.

Selama 7 tahun 4 bulan Bu Emma menjadi Wakil Dekan FTSP dan saya sedang studi lanjut, kami jadi jarang berkomunikasi, sibuk dengan tugas masing-masing. Namun Bu Emma selalu memberi semangat agar saya terus berjuang sampai selesai.

Saat saya menengok Bu Emma yang sedang sakit, selalu saya menangis … tidak tega melihat badannya yang kian kurus, sehingga menjadikan saya tidak kuat untuk bertemu dengan Bu Emma. Alih-alih seharusnya saya memberi kekuatan saat menengok.. malah saya yang tidak tahan. Jadi hanya doa yang selalu saya panjatkan demi kesembuhan Bu Emma.

Selamat jalan Bu Emma… Selamat jalan Teteh (panggilan saya untuknya, mengikuti panggilan di keluarganya). Semua bekal di dunia sudah Allah anggap cukup, oleh karena itu Teteh dipanggilNya lebih cepat. Semua kebaikan Teteh semoga menjadi pahala, dan semua hal baik dari Teteh semoga dapat dicontoh oleh kami termasuk juga oleh para mahasiswa… Aamiin..aamiin yaa Robbal alamiin. Yati Muliati

 

Yessi Nirwana Kurniadi, ST., MT., Ph.D ( Sahabat sekaligus Wakil Dekan Bid. Akademik FTSP Itenas) 

Hari sabtu malam kemarin saya kehilangan rekan kerja, kakak, sahabat dan teman makan siang saya, Ibu Emma Akmalah.

Begitu saya mendapat berita duka ini, rasa sedih pun tidak bisa terbendung. Sambil mengucapkan innalilahi wainna Ilahi rojiun saya menangis dalam sholat. Memohon pada Allah SWT untuk menguatkan dan mengikhlaskan diri melepas kepergiannya. Saya saat itu yakin bahwa Allah menyayangi Bu Emma dengan mengangkat segala kesakitannya dan menjadikan kesempatan itu untuk membersihkan dirinya.

Bu Emma sudah merasakan sakit sejak setahun lalu, dimulai ketika merasakan pusing, sakit kepala, dan sebagainya. Sempat juga jatuh pingsan di kamar mandi kampus. Saat itu kami meminta Bu Emma untuk memeriksakan diri ke dokter.

Saya mengenal secara langsung dengan Bu Emma sejak saya masuk kerja tahun 2013-an. Walaupun begitu, ternyata dari dulu orang tua kami sudah berteman cukup lama. Saya mengenal Bu Emma sebagai pekerja keras, rajin, pintar dan berwawasan luas. Bu Emma selalu hadir tepat waktu saat jam perkuliahan, selalu dekat dengan mahasiswa, bahkan banyak mahasiswanya yang merasa Bu Emma adalah ibu mereka di kampus. Mulai dari urusan perkuliahan, masalah tugas akhir sampai ke urusan pribadi mereka.

Bu Emma selalu mementingkan kepentingan banyak orang dibanding dirinya sendiri. Ketika kami minta untuk memeriksakan diri ke dokter pun selalu menolak dgn alasan pekerjaan yang belum selesai. Ia tipe yang tidak suka membuat orang lain repot, tipe yang ingin membahagiakan banyak orang dan lebih banyak memendam urusan pribadinya.

Selama sakit, Bu Emma selalu ditemani ibunya. Dia sempat cerita, “gak enak ngerepotin ibu terus”

Saya jawab, “orang tua gak akan pernah merasa kerepotan dengan anak. Apalagi lagi sakit gini, pasti semaksimal mungkin supaya bisa sembuh. Gak usah terlalu banyak pikiran”. Banyak pengobatan yang harus dilakukan mulai dari operasi kanker, kemoterapi, cuci darah, by pass ginjal, pemasangan kantong urine dan beberapa kali transfusi. 

Meskipun begitu, semangat Bu Emma untuk mengajar masih tinggi. Bahkan di akhir harinya, Bu Emma sempat bertanya ke saya tentang perkuliahan semester depan, “nanti saya dipilihkan ruangan yang lantai 1 ya, saya mau datang ke kampus, nanti saya pakai kursi roda. Sudah latihan lho. Nanti ajari saya juga caranya kuliah online ya”

Lalu, saya ingat ketika bu Emma harus transfusi darah, saya sempat menemani. Biasanya ketika menengok, kami mengobrol tentang banyak hal kecuali penyakit. Biasanya bu Emma senang kalau saya mengabarkan tentang kampus Itenas. Tapi hari itu dia cerita “Waktu itu pernah mimpi, ada orang pakai jubah putih minta saya ikut. Pas saya ikut, saya bilang, jangan sekarang, saya belum minta maaf sama Ibu. Nanti saya ikut kalau sudah minta maaf”

Saya tertegun. Tidak tahu mau komentar apa.

Bulan Juni awal, ibunya Bu Emma cerita ke saya kalau dokter sekarang sudah angkat tangan. Kemungkinan sembuhnya kecil. “Sekarang kalau teteh kesakitan, teteh bilang minta maaf terus sama ibu. Jadi sedih dengarnya. Gak tega”

Allah menyayangi Bu emma. Diberinya kesempatan untuk minta maaf pada ibu, ayah dan keluarganya. Diberinya kesempatan untuk menghapus dosanya.

Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridaiNya. Kemudian masuklah ke dalam jamaah hamba-hambuKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu (surat alfajr, 27-30). Yessi Nirwana K

Jejak langkah Almarhumah Emma Akmalah, S.T., M.T., Ph.D akan selalu dikenang di hati keluarga Itenas. Hasil ide, gagasan, dan inovasi yang dilahirkan dari buah pemikiran beliau akan menjadi artefak yang berguna bagi Itenas dan masyarakat luas. Seluruh jajaran Institut Teknologi Nasional Bandung mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya bagi dedikasi almarhumah selama masa baktinya di Itenas.

(artikel disusun oleh Maugina/INO)