Bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional, Itenas Gelar Seminar Pengelolaan Food Waste

Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung melalui Biro Kemahasiswaaan dan Alumni (BKA) menyelenggarakan Seminar Green Campus yang bertajuk “Save Your Place with Save Your Food Waste” pada Selasa (21/2/2023) bertempat di Ruang 15301 Gedung Rektorat Itenas. Dengan mengundang Dr. Ir. Prima Mayaningtias, M.Si. selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat dan Adora Beata Bethari selaku co-founder dari Plastivfall Solution Indonesia, seminar ini diadakan bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh setiap tanggal 21 Februari.

Seminar dibuka dengan sambutan dari Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiwaan Tarsisius Kristiyadi, S.T., M.T., Ph.D. Beliau menyatakan bahwa diadakannya seminar ini bertujuan untuk menambah softskill dan pengetahuan mahasiswa di luar ilmu yang mereka terima dari program studi saat perkuliahan. Kegiatan seperti seminar memang selalu dilaksanakan setiap tahunnya dengan tujuan tersebut.

“Kami berharap kegiatan ini bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan kita di kampus ini, terutama isu-isu yang saat ini sedang berkembang yakni isu lingkungan. Dan sebenarnya Green Campus sudah kami cita-citakan juga di Itenas, seperti contohnya kami punya Safe Water Gardens (SWGs) dan juga mobil listrik,” ujar beliau saat membuka acara.

“Jadi, mohon nanti dalam kegiatan ini bisa disimak dan bisa dikaitkan dengan kehidupan kita di kampus,” sambungnya

Seminar dimulai dari pemaparan narasumber yang pertama yakni dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Dr. Ir. Prima Mayaningtias, M.Si., mengenai cara pengelolaan sampah sisa makanan (food waste). Pemaparan dibuka dengan fakta di lapangan bahwa food waste muncul karena pola hidup manusia yang terlihat sepele, tapi berdampak besar. Ada pula faktor timbulnya food waste seperti kualitas bahan makanan yang tidak lolos kualifikasi penyortiran, makanan kadaluarsa, maupun makanan yang tidak dihabiskan lalu dibuang begitu saja.

Selain itu, beliau memaparkan fakta lainnya bahwa Indonesia menempati urutan kedua penyumbang sampah makanan terbesar di dunia dengan jumlah 300 kg/orang/tahun. Lebih spesifik lagi, di provinsi Jawa Barat, komposisi sampah terbesar berasal dari sisa makanan dengan jumlah 31%. Hasil penelitian yang dilakukan di cekungan Bandung (Bandung Raya) pun menyatakan bahwa 80-90% sampah organik rumah tangga adalah food waste dan dihasilkan dari sisa makanan.

Untuk menanggulangi dan mencegah timbulnya food waste, dapat dilakukan cara-cara seperti mempersiapkan makanan (food preparation), mengkreasikan bahan makanan yang masih ada, hingga memasak sesuai porsi yang dibutuhkan saja. Apabila tidak bisa dihabiskan dan menjadi food waste, bisa dilakukan pengkomposan dengan bantuan binatang maggot yang dapat memakan sampah organik sebanyak 1 kg dalam kurun 24 jam.

Pemaparan materi dilanjutkan oleh narasumber yang kedua, Adora Beata Bethari sebagai co-founder dari Plastivfall Solution Indonesia. Berangkat dari keresahannya mengenai sampah yang tidak dikelola dengan baik dan tragedi TPA Leuwigajah pada 21 Februari 2005, Beata mulai memupuk kesadaran untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan juga mengelola sampah khususnya sampah organik sampai akhirnya mendirikan Plastivfall.

Fakta yang dipaparkan Beata adalah timbulan sampah di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, seperti di tahun 2021 yang mencapai 190,227 ton/hari, terbanyak ada di sampah organik. Namun, ini tidak diimbangi dengan sistem pengolahan sampah yang baik, sehingga sampah yang dihasilkan dari setiap rumah tangga hanya sekedar dipindahkan ke TPS dan TPA yang sama saja dengan menggunakan lahan luas hanya untuk sampah. Jika sampah organik diolah dengan benar, jumlah sampah keseluruhan yang ditampung di TPA bisa berkurang sebanyak 50-60%.

Sama seperti bahasan pertama oleh Dr. Ir. Prima Mayaningtias, M.Si., dari Beata juga menjelaskan bahwa food waste bisa dicegah dengan penerapan food recovery hierarchy. Menurut Beata, yang paling mudah dilakukan adalah mengurangi jumlah makanan yang terbuang seperti makan dengan porsi cukup. Selain itu, cara lain dapat dilakukan dengan menyumbangkan sisa makanan berlebih yang masih layak dikonsumsi ke orang-orang yang membutuhkan. Adapun cara-cara lain seperti diberikan ke hewan dan juga dibuatkan kompos.

Kegiatan seminar juga dilengkapi dengan sesi tanya-jawab dan juga foto bersama. Semoga dengan seminar ini dapat memupuk kesadaran dari dalam diri untuk mengurangi jumlah sampah organik yang dihasilkan setiap hari, terutama sampah sisa makanan (food waste), agar kejadian seperti tragedi TPA Leuwigajah tidak terulang kembali.