Implementasi Mata Kuliah Desain Komputasi Arsitektur dalam Pameran “Dekode”

Program Studi Arsitektur Itenas menyelenggarakan pameran “Dekode” di Itenas Science Techno Park, gedung Student Center lantai 1. Pameran ini diselenggarakan sejak 6 Januari 2023 dan berlangsung selama sepekan hingga 13 Januari 2023. Tujuan diadakannya pameran “Dekode” yakni sebagai wadah mahasiswa Arsitektur angkatan 2020 untuk mengimplementasikan materi Desain Komputasi Arsitektur yang merupakan mata kuliah baru di program studi tersebut. Pada saat hari pertama, pameran ini dibuka oleh Kepala Program Studi Arsitektur Itenas Tecky Hendrarto, Ir., M.M.

Dalam pameran ini, sebanyak 40 mahasiswa yang mengambil mata kuliah Desain Komputasi Arsitektur (kode ARB-351) menganalisis 13 bangunan dari seluruh dunia dengan unsur historis, karakter visual, dan jenis aplikasi yang berbeda satu sama lain. Menurut salah satu perwakilan mahasiswa, Ilham Nurrahman, ketiga belas bangunan tersebut dipilih oleh para dosen pengampu mata kuliah karena mewakili unsur perancangan yang bisa dilakukan dengan software Rhinoceros dan Grasshopper. Kedua software ini menjadi “alat” penting dalam kegiatan komputasi arsitektur.

“Jadi, komputasi arsitektur bukan sekadar rendering atau menggambar di komputer, tapi lebih dari itu. Kami belajar soal cara merancang di metode yang lain. Kalau biasanya mahasiswa arsitektur tuh menggambar lewat bentuk, bahan, atau lainnya, kalau komputasi arsitektur ini lebih ke bahasa pemograman atau matematis,” ujar Ilham.

Dikarenakan Desain Komputasi Arsitektur merupakan mata kuliah baru dengan menggunakan piranti yang baru pula, tentu terdapat tantangan tersendiri dalam pembelajaran dan implementasinya. Mahasiswa perlu beradaptasi selama beberapa waktu untuk dapat menjalankan software Rhinoceros dan Grasshopper. Ilham juga menuturkan kedua software tersebut cukup kompleks untuk dioperasikan untuk merancang sebuah bangunan tanpa harus menggambar langsung.  Selain Ilham, hal tersebut diceritakan juga oleh koordinator pameran dari pihak mahasiswa, Rafi Yanwar Firdaus.

“Ini kan hal yang baru buat mahasiswa (prodi) Arsitektur Itenas, ya, karena untuk software-nya sendiri baru sedikit dosen yang sudah mahir menggunakannya sehingga pengajarannya ke mahasiswa masih belum optimal. Ditambah software-nya yang tergolong rumit, waktunya yang kurang karena hanya 2 SKS, dan tidak ada mata kuliah studio (untuk ini), memang cukup sulit bagi mahasiswa untuk catch up,” kata Rafi saat menjelaskan tantangan yang dihadapi.

Pengerjaan karyanya sendiri dilakukan selama 2-3 bulan terhitung setelah penyelenggaraan ujian tengah semester (UTS). Untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi saat mengoperasikan Rhinoceros dan Grasshopper, mahasiswa menggunakan proses reverse engineering dalam menganalisis rancangan ketiga belas bangunan tersebut, yaitu proses deduktif bagaimana sebuah objek, proses, atau sistem bekerja. Kemudian hasil analisis tersebut dirancang dan dibuat dengan metode manual, lasercut, hingga 3D printing yang memakan waktu 1-2 hari tergantung kerumitannya.

Rafi berharap melalui pameran ini dapat membantu mengenalkan parametric design serta penggunaan software Rhinoceros dan Grasshopper kepada civitas akademika Itenas lainnya (khususnya di bidang arsitektur). “Harapannya juga semoga (prodi) Arsitektur Itenas semakin maju tidak hanya di bidang teknik gambar konvensional dan building information modelling (BIM), tetapi juga mulai masuk ke parametric design yang baru mulai dikenalkan di Itenas,” pungkasnya.

Sebagai informasi, mata kuliah Desain Komputasi Arsitektur baru mulai diadakan pada tahun akademik 2022/2023 dan akan menjadi mata kuliah yang dipelajari di semester 5 perkuliahan. Saat ini, mata kuliah tersebut diampu oleh Erwin Yuniar Rahadian, S.T., M.T., Ar. Gosha Muhammad, S.T., M.A., IAI., dan Ar. Fajar Ikhwan Harnomo, S.T., M.T., IAI.

Link: Foto Kegiatan