Kunjungan Lapangan Mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan Itenas ke Tempat Pengolahan Sampah Menjadi Briket Bersama Kodam III/Siliwangi

Program studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung melakukan kegiatan kunjungan lapangan pengolahan sampah menjadi briket bersama Kodam III/Siliwangi pada Selasa (27/06/2023) bertempat di Kawasan Pengolahan Sampah milik pusat Koperasi Kartika Siliwangi bekerja sama dengan PT. Nawasena, Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan ini dihadiri Kepala Program Studi Teknik Lingkungan Dr. M. Rangga Sururi, S.T., M.T. dan mahasiswa angkatan 2019-2022 Teknik Lingkungan Itenas.

Kondisi timbulan sampah yang semakin banyak akibat aktivitas manusia setiap harinya dan tempat pembuangan akhir yang semakin penuh membuat Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Kunto Arif Wibowo menciptakan sebuah inovasi berupa alat pengolahan sampah menjadi briket, bekerja sama dengan PT. Nawasena dan Koperasi Kartika Siliwangi. Pengolahan sampah menjadi briket memiliki nilai ekonomis dan berdampak pada pengurangan volume sampah secara signifikan.

Jenis sampah yang diolah berupa sampah organik, residu, dan anorganik (plastik). Komposisi pembuatan briket yakni sampah yang masih basah, bahan perekat yang terbuat dari gilingan singkong yang sudah direbus, dan zat aditif yang berfungsi sebagai penghilang bau menyengat pada sampah. Zat aditif yang digunakan tersebut merupakan bahan paten yang dibuat oleh Kodam III/Siliwangi.

Pembuatan briket diawali dengan memasukan sampah ke dalam penggiling hingga berbentuk serpihan-serpihan kecil, lalu dicampurkan dengan acian singkong sebanyak 5% dan zat aditif 2% yang kemudian diaduk hingga tercampur rata. Selanjutnya, bahan yang telah dicampur dimasukkan ke dalam mesin pencetak briket. Mesin akan otomatis mencetak briket berbentuk tabung dengan warna kehitaman. Setelah dicetak, briket disusun dan dikeringkan.

Berdasarkan penuturan dari Bapak Yaya Suhaya selaku tim pemandu lapangan, hasil dari olahan briket yang berasal dari sampah organik, residu, maupun anorganik (plastik) mampu menghasilkan suhu panas di atas 1000 derajat celcius dan sudah diujikan ke beberapa tempat industri di kabupaten Bandung.

“Pembakaran briket tidak menghasilkan asap, sehingga ramah lingkungan dan lebih hemat jika dibandingkan dengan batu bara. Proses produksi cukup banyak, di atas satu ton perhari dan didistribusikan ke industri-industri di wilayah kabupaten Bandung,” ujar beliau.

Hasil dari briket yang dibakar mampu menghasilkan listrik. Hal ini dibuktikan melalui sebuah alat kompor biomass yang dihubungkan dengan listrik, sehingga menggerakkan blower dan mampu mengatur suhu panas yang dihasilkan. Alat ini terdapat lubang dan wadah sebagai penampung air yang berfungsi memacu api lebih besar. Hasil energi panas pada briket yang dibakar dapat diubah menjadi energi listrik yang dapat dimanfaatkan salah satunya mengecas handphone.

Hal ini disambut baik oleh Bapak Dr. M. Rangga Sururi, S.T., M.T. selaku kepala prodi Teknik Lingkungan Itenas. Terwujudnya pentahelix antara Itenas dengan Kodam III/Siliwangi mampu mempercepat pengembangan inovasi, salah satunya dalam menyelesaikan permasalahan persampahan dan memungkinkan mahasiswa Teknik Lingkungan untuk melaksanakan kerja praktik serta tugas akhir di tempat yang sama.

Harapannya dengan adanya inovasi alat pengolahan sampah menjadi briket ini, jumlahnya dapat diperbanyak sehingga mampu membantu mengatasi permasalahan sampah. Briket yang dihasilkan bernilai ekonomis, ramah lingkungan, dan langsung habis tidak menghasilkan sisa setelah melalui proses pembakaran.

Penulis: Rendi Akbar Kurniawan