Manajemen Resiko, Kesiapsiagaan, dan Mitigasi Bencana di Indonesia. Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) Pertemuan ke-9 Bersama Dr. Raditya Jati.

Sabtu (20/11/21), pukul 09.00 WIB Kampus Itenas kembali melaksanakan Kuliah Umum Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) pertemuan ke-9 melalui media Zoom Meeting. Tema kali ini adalah Manajemen Resiko, Kesiapsiagaan, dan Mitigasi Bencana

Mengulas tentang topik kebencanaan dan peran kemahasiswaan, kuliah umum kali ini diisi oleh Dr. Raditya Jati, Deputi Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggunangan Bencana bersama moderator Dr. Eng. Candra Nugraha, Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Itenas Bandung.

Faktanya, kita berada di kawasan yang memiliki resiko cukup tinggi, oleh karena itu Manajemen Resiko, Kesiapsiagaan, dan Mitigasi Bencana di Indonesia sangat dibutuhkan. Bagaimana pengelolaan risiko itu sendiri, dan apa yang harus kita lakukan sebelum terjadi bencana.

Indonesia negara kepulauan yang terletak pada 3 lempeng tektonik utama yang aktif yaitu Eurasia, Pasifik dan Hindia Australia sehingga rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, atau erupsi gunung berapi. 98% bencana yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh hidrometrologi. Indonesia juga terletak di khatulistiwa dan berbentuk kepulauan sehingga dampaknya rawan banjir, banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, cuaca ekstrem, dan gelombamg ekstrem.

Mengutip dari slide Dr. Raditya Jati; bencana adalah kejadian atau rangkaian kejadian yang menyebabkan korban jiwa, korban luka, kerusakan dan kehilangan harta benda atau secara lebih besar adalah kerusakan hasil-hasil pembangunan dan terhentinya kehidupan sosial-ekonomi, serta degradasi lingkungan.

Tidak semua fenomena alam mengakibatkan bencana. Juga akibat dari perubahan iklim. Gempa juga berdampak cukup besar karena infrastrukturnya yang kurang siap. Bukan bencananya yang mengakibatkan korban jiwa, namun kerusakan strukturnya yang berbahaya.

Pencegahan bencana ini bersifat multidisiplin dan multisektor, sehingga kontribusi dari berbagai bidang ilmu yang ada seperti di Itenas ini tentunya sangat dibutuhkan nantinya.

Fenomena alam pasti terjadi karena posisi Indonesia, namun bagaimana agar tidak terjadi korban jiwa ataupun kerusakan. Paparan berikutnya merupakan penjelasan mendetil mengenai manajemen risiko bencana seperti Perhitungan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Sistem Pengamanan Melalui Pendekatan Manajemen Risiko Bencana, Metode Umum Pengkajian Risiko Bencana, serta Mitigasi Struktural/Nonstruktural Bencana di Indonesia.

Sesi diskusi kemudian dilanjutkan dengan para mahasiswa yang antusias bertanya tentang mitigasi bencana dan cara-cara penanggulangannya, dan juga apa yang dapat dipelajari dalam perkuliahan agar pekerjaan atau penelitian yang dikembangkan dapat memperhatikan mitigasi bencana dan manajemen resikonya. Selain itu, ada pula pertanyaan mengapa kesiapsiagaan di Indonesia terbilang masih kurang. Menurut Dr. Raditya, kemungkinan pengaruhnya adalah budaya dan masalah kesadaran kolektif. Indonesia masyarakatnya cenderung heterogen sehingga pendekatan penyampaian dan cara-cara menjaga masyarakat dari ancaman bencana akan berbeda-beda, bila dibandingkan dengan contohnya, negara Jepang yang masyarakatnya cenderung lebih homogen. [Della/BKHP]